Aku sering ada di malam-malam yang sepi, namun yang sekarang lain.
Menyimak suara jam dinding.
Hening yang syahdu.
Hening yang syahdu.
Kududuk di sofa yang barangkali ingat sesuatu, tapi merahasiakannya.
Kuditemani bantal-bantal kecil yang bisu, atau jangan-jangan pura-pura mati.
Menahan tawa.
Selucu ini diri mengenang.
Betapa ragu itu terulang.
Lagi.
Kuditemani bantal-bantal kecil yang bisu, atau jangan-jangan pura-pura mati.
Menahan tawa.
Selucu ini diri mengenang.
Betapa ragu itu terulang.
Lagi.
Perlukah mengeluh?
Heran.
Bahagia datangnya terlalu tiba-tiba.
Demikian pula luka.
Heran.
Bahagia datangnya terlalu tiba-tiba.
Demikian pula luka.
Aku bosan berperasaan.
Aku lelah berkekurangan.
Aku ingin selalu melayang.
Aku benci sekali pulang.
Sekarang.
Sekarang di mana engkau, hai Sekarangku?
Di kegelapan mencari tenang.
Memberi kepuasan.
Melukai kemudian.
Aku lelah berkekurangan.
Aku ingin selalu melayang.
Aku benci sekali pulang.
Sekarang.
Sekarang di mana engkau, hai Sekarangku?
Di kegelapan mencari tenang.
Memberi kepuasan.
Melukai kemudian.
Ada perih yang selalu kambuh di setiap kusendirian.
Pelukanmu dalam ingatan.
Pelukanmu dalam ingatan.
Ada cinta yang kubuat tak berkesudahan.
Itu kekasihku, yang cuma dalam tulisan.
Itu kekasihku, yang cuma dalam tulisan.
1 komentar:
Lerenono che wkwkwk
Posting Komentar